Dipostkan oleh :
Nuri Cahyono
pada
Tuesday, March 10, 2009
2. Pemain
3. Tempat dan Peralatan Permainan
1. Asal usul
Batewah
berasal dari kata “tiwah”, yaitu suatu upacara yang dilakukan oleh
penganut Kaharingan di pedalaman Kalimantan dalam rangka mengantarkan
arwah kerabat yang meninggal ke surga. Perkiraan kata “tewah” berasal
dari “tiwah” didasarkan pada adanya kesamaan bentuk permainan dengan
salah satu bagian upacara. Dalam upacara tiwah, keluarga yang
melaksanakannya membeli seekor kerbau besar atau sapi untuk dijadikan
kurban. Selama upacara berlangsung, kurban diikat pada tongkat kayu dan
seluruh keluarga mengelilinginya. Masing-masing anggota keluarga
memegang tombak, kemudian melemparkannya ke kurban terus menerus sampai
kurban tidak berdaya lagi. Setelah itu, baru disembelih untuk dimakan
bersama.
Sedangkan dalam
permainan batewah, yang menjadi sasaran adalah kayu yang disusun
menyerupai susunan untuk api unggun (bukan binatang kurban). Dalam
permainan ini, susunan kayu dilempari sampai roboh. Meskipun demikian,
permainan ini tidak ada unsur religi (magisnya).
2. Pemain
Minimal,
batewah dilakukan oleh 3 orang pemain, dengan rincian: 1 pemain
jaga/pasang dan 2 pemain penewah (bersembunyi). Sedangkan, maksimal
dilakukan oleh 8 pemain. Permainan ini tidak berdasarkan perbedaan jenis
kelamin. Oleh karena, itu bisa dilakukan oleh anak laki-laki dan atau
perempuan.
3. Tempat dan Peralatan Permainan
Permainan
batewah dapat dilakukan di halaman rumah atau di tanah yang cukup
lapang agar kayu yang dijadikan pelempar tidak membahayakan.
Peralatannya sederhana dan mudah didapat. Sebelum bermain disiapkan
beberapa buah kayu yang panjangnya kurang lebih 30 cm dan lebar 3 cm.
Kemudian, disusun sedemikian rupa sebagai sasaran untuk di-tewah.
Disiapkan juga potongan kayu lain sebagai undas/alat pelempar kayu yang
disusun dengan jarak minimal 4 meter.
4. Aturan dan Proses Permainan
Setelah
tempat dan peralatan permainan tersedia, maka pelempar berusaha untuk
mengenai tumpukan kayu. Jika tumpukan kayu itu kena dan roboh, maka
pemain jaga menyusun kembali, sementara pemain yang lain bersembunyi.
Setelah tersusun, pemain jaga mencari pemain lain yang bersembunyi. Dan,
pemain yang pertama kali ditemukan akan menjadi pemain jaga. Dalam
permainan ini tidak ada kalah atau menang. Biasanya permainan akan
berakhir jika para pemainnya sudah merasa kelelahan.
5. Nilai Budaya
Nilai
yang terkandung dalam permainan batewah adalah ketangkasan dan
sportivitas. Nilai ketangkasan tercermin dalam penyusunan kayu yang
roboh dalam waktu yang relatif singkat. Kemudian, nilai sportivitas
tercermin ketika tempat persembunyiannya diketahui oleh pemain jaga,
maka yang bersangkutan bersedia menjadi pemain jaga. Dalam hal ini
adalah menyusun kayu dan mencari pemain lain yang bersembunyi.
Sumber : http://permata-nusantara.blogspot.com/2009/03/permainan-batewah-kalimantan-selatan.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar